Empat model ustadz kota
1. Ustadz Teatherikal
2. Ustadz Digital
3. Ustadz Profesional
4. Ustadz Tradisional
KETERANGAN
Ustadz Teatherikal
Saudara – saudaraku yang Allah berikan kekuatan untuk memahami agama…..! Apa yang saudara-saudaraku ketahui tentang ustadz teatherikal ? Ustadz teatherikal adalah ustadz yang dakwahnya merambah ke layar kaca dan layar lebar. Mereka tidak keberatan tampil sebagai “figuran” dan mengisi acara selingan dalam sinetron religi atau sebagai pemeran utama dalam sebuah film reliji. Mereka biasa membawakan acara di televisi secara rutin, dan masing-masing mempunyai gaya khas dan menarik, sehingga membuat banyak penonton terkesan dan terkesima. Tuntutan wilayah garap membuat penampilan ustadz ini agak terasa berbeda, bahkan terkadang selalu dalam incaran infotainment yang siap membuka setiap sisi kehidupannya. Dalam hal pakaianpun mereka punya “ trade mark “ masing masing. Ada yang setiap tampil memakai pakaian ” turtle-neck” yang dibalut blazer, sorban melekat dikepala, dan kaca mata menjadi pembeda dengan penceramah yang lain. Ada juga yang hanya mengenakan baju koko ( orang menyebut baju taqwa ) warna putih, kopiyah bulat dan bersarung, tidak ada asesoris lain seperti sorban, jas atau pakaian kebesaran lainnya. Ada juga ustadz yang di awal – awal kemunculannya di pentas nasional selalu pakaian putih, peci bundar dan bersarung, dilengkapi kaca mata gradasi hitam. Belakangan kaca mata hitamnya tidak lagi menempel di wajahnya yang oval itu.
Ada lagi ustadz yang mengklaim dirinya sebagai ustadz nya “ anak muda” sehingga segmen dakwahnyapun untuk membidik anak-anak muda. Dan ada pula dai yang punya bakat jenaka. Baru mengucapkan salam saja mampu mengundang tawa. Dari wajah dan gerak-geriknya, pendengar tidak mampu menyembunyikan senyum. Mereka-mereka itulah ustadz multi media. Mereka harus fleksibel karena berhadapan dengan banyak jenis manusia, dari mulai artis cantik, pejabat, penyanyi dan sebagainya. Humor dan joke menjadi salah satu yang diandalkan, sambil sesekali mengambil makna dan hikmah yang tersirap diantaranya. Dan jangan kaget kalau pada akhirnya ada yang menyebut mereka sebagai ustadz celebritis karena dalam hal manajemen mereka menggunakan manajer dan pasang tarif bahkan DP. Bagi kalangan yang tidak sejalan dengan model dakwah ustadz multi media, menyebutnya dengan jargon 'komersialisasi ustadz'. Entahlah yang salah sang ustadz atau ummat, Jika ada seorang ustadz yang sudah tampil di layar kaca , kemudian terkenal dan pasang tarif setiap di undang dengan alasan untuk biaya akomodasi. Malah ada yang 'memaksakan diri' untuk menjawab pertanyaan fiqh dengan apa adanya sewaktu live di TV, tanpa dilandasi dengan dalil. Mencermati fenomena seperti ini apakah dipandang perlu adanya sertifikasi atau akreditasi ustadz yang dikeluarkan oleh MUI ? . Atau dibentuk Dewan Kehormatan Ustadz yang bertugas memberikan arahan dan panduan kepada para ustadz maupun dai agar tetap berjalan sesuai dengan etika dakwah dan norma agama ?
sekedar memberikan ilustrasi ustadz teatherikal, mari kita cermati coretan dibawah ini :
Wahai kawan lihatlah disana
Tatap dan cermati dengan seksama
saat sang mubalig bertutur kata
di atas podium dia berlaga
menyampaikan pesan suci Tuhannya
dengan gagah dan penuh wibawa
membuat para hadirin terkesima
seakan ucapannya adalah mantra
yang mampu menyihir pendengarnya
Kadang suaranya menggelegar
bergemuruh keras bak halilintar
membuat bulu kuduk bergetar
tubuh merinding badan gemetar.
Apalagi bila seruan jihad terdengar
Membahana di udara - Allahu akbar-
Allah maha Besar !
”Ayo bangkit saudaraku janganlah gentar ,
Menghadapi yahudi dan kaum kuffar !”
Kitapun meneteskan air mata
bila sang muballig bercerita
setiap manusia pasti ajal kan tiba
alam kubur, padang mahsyar dan shirot itu ada
apalagi bila bicara tentang ngerinya siksa neraka.
Badan merinding mendengarnya
Pernah juga
dia menggiring kita untuk tertawa
begitu lincah meracik bahasa
terdengar syahdu di telinga
sang muballigpun mengurai kata
tentang indahnya syurga
bidadari cantik mengelilingi kita
ingin makan minum semua tersedia
benar-benar hebat dan luar biasa
bertutur, cerita dan mengurai bahasa
kadang diselipkan humor jenaka
hingga jamaah yang ngantuk bangun seketika
Ada saatnya dia berorasi
sambil mengacungkan tangan suara berapi-api
membakar semangat memberi motivasi
hingga keringat keluar di dahi
bicara moral akhlaq menyentuh hati
jangan serakah pelit apalagi korupsi
tinggalkan perbuatan tidak terpuji
apalah guna kaya harta miskin hati
hidup tidak tenang di incar polisi
bila kejahatannya terbukti
sudah jelas masuk jeruji besi
apakah tidak kasihan anak dan istri
menanggung malu aib sang suami
harta yang dikumpulkan setiap hari
diwariskan tidak dibawa mati
apakah itu namanya tidak rugi ?
demikian sang muballig menasehati
agar manusia lebih berhati-hati
menjalani hidup dengan qonaah dan wirai
Dari bibir hujan Al- qur’an gerimis hadis
menyentuh halal haram suci najis
Semua materi dikupas habis
membuat tawa senang sedih menangis
kadang senyum, nyengir dan meringis
hatipun terasa sedih dan teriris
kala teringat sikap arogan dan bengis
tetangga lapar tak mau menggubris
Kalau hadirin mulai jemu
dia alunkan Al-qur’an disertai lagu
suaranya enak, renyah dan merdu
kadang baca sholawat sebagai bumbu
itulah gaya muballig panggung yang memukau
banyak cara dan jurus jitu
agar ceramahnya bisa menyentuh kalbu
dia berkisah kehidupan masa lalu
yang di ambil dari kitab dan buku
kisah perjuangan bernilai tinggi dan bermutu
Jika ada jama’ahnya yang mengantuk
diapun berhenti dan pura-pura dehem disertai batuk
jamaah ada yang berdiri, ada juga yang duduk
walau gerimis datang yang hadir tetap khusyuk
terlebih di barisan depan berkursi empuk
tidak peduli sekalipun langit ambruk
Tapi siapa sangka
dia hanya pandai berbicara
mengolah kata bermain aksara
hanya dalam tataran retorica
dan sekedar wacana
sayang tidak ada aplikasinya
dalam kehidupan nyata
Astagfirullah kita mohon perlindungan
kepada zat yang maha Rahman
agar di beri kekuatan
untuk selalu meningkatkan iman
dunia akherat bahagia dan aman
jauh dari siksa dan cobaan
masuk syurga bersama para utusan
Rasulullah manusia teladan
Amien...Ya Allah kami Panjatkan!
Ustadz Digital
Disebut ustadz multi media karena dakwah mereka ditunjang fasilitas media. Ada laptop, in fokus, seperangkat sound system dan elektronik lainnya. Mereka sering menggelar training tentang motivasi dan pemberdayaan diri. Mereka bertindak sebagai trainer dan motivator yang dengan piawai mengolah kata menebar cerita. Dengan didukung tampilan multimedia yang unik dan menarik, mereka roadshow dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membangkitkan inspirasi dan motivasi. Memacu ummat agar lebih berprestasi dalam setiap bidang kehidupannya. Para peserta nampak antusias dan puas mendengar uraian demi uraian yang disampaikannya. Dan setiap mengadakan training biasanya diakhiri dengan rileksasi atau kontemplasi yang mengharukan. Tanpa terasa pesertapun meneteskan air mata. Bahkan ada pula yang histeris mendengar desahan doa sang trainer di iringi sayup-sayup music instrumentalia.
Termasuk model ustadz digital adalah mereka yang dakwahnya lewat dunia maya. Biasanya mereka mengelola sebuah web site, blog, face book , twitter dan hal-hal yang berhubungan dakwah di internet.
Ustadz Profesional
Model ustadz ini biasanya memiliki rethorika dan suara yang bagus. Dakwahnya enak di dengar dan renyah mengalir tidak membosankan. Selain dakwah di panggung memenuhi undangan ceramah, biasanya mereka juga punya jadwal tetap. Ada yang mengisi taklim mingguan, mengisi khotib jumat atau hari-hari besar islam. Dakwah mereka di semua lini dan gelanggang dakwah. Ada yang mengisi taklim di perkantoran dan perusahaan. Dengan pakaian rapi, bahkan kadang berjas dipadu dasi dan sepatu mengkilap, mereka siap berbagi nasehat di instansi, menebarkan hidayah di kalangan birokrat, eksekutif muda dan karyawan. Memberikan solusi Islam atas setiap permasalahan yang diajukan. Materi terkadang disampaikan dengan powerpoint yang sistimatik dan menarik.
Masuk dalam kategori ini ustadz yang mengadakan kajian dengan jadwal rutin dari masjid ke masjid, atau pesantren ke pesantren. Dengan bahasa yang lugas dan tegas, mengkaji berbagai khazanah keilmuan islam khususnya dari kitab-kitab yang klasik. Mereka mempunyai jamaah setia tersendiri yang bersemangat mengikuti secara rutin. Pendengarnya pun hampir dipastikan membawa buku catatan dan aktif bertanya setelah usai pengajian. Dalil Quran, hadits dan perkataan ulama menjadi bahan utama kajian, diselingi dengan kisah-kisah ulama dan siroh agar lebih menarik.
Ada ustadz yang segmen dakwahnya membidik dunia kampus dan akademisi, yang sering terbang kesana kemari untuk mengisi perkuliahan, atau seminar dan workshop di berbagai forum maupun universitas. Tidak cukup hanya modal presentasi, namun terkadang dilengkapi dengan makalah dengan berbagai macam referensi. Materi yang dibawakan adalah isu-isu kontemporer dan bagaimana penyikapan terbaik yang diwacanakan. Gagasan dan ide brilian juga tersebar dalam buku dan tulisan opini di koran-koran.
Ustadz Tradisional
Type ustadz ini biasanya sangat bersahaja dan jauh dari sorotan media. Dengan sangat antusias, ustadz model yang satu ini berkeliling menyampaikan taushiyah yang sederhana. Dari mulai pengajian tingkat RT, arisan ibu-ibu, khitanan, aqiqahan, walimatul ursy, walimatus safar sampai mengisi majlis taklim ia selalu siap. Ceramahnya ringan, rileks dan terasa cair karena biasanya dibawakan dengan bahasa pribumi. Jauh dari bahasa kampus, apalagi bahasa “ senayan”. Pakaiannya pun seadanya tak jauh beda dengan orang kebanyakan. Yang membedakan barangkali sorbannya yang selalu menempel di bahu kalau sedang “ action”. Kendarannya bisa jadi hanya sepeda, bukan avanza. Itupun boleh kredit selama tiga tahun. Materi ceramahnya tak jauh dari ibadah, akhlak dan amal sholeh sebagai bekal untuk dibawa menghadap sang ilahy. Keahlian memimpin doa yang panjang dan mampu melantunkan untaian shalawat Nabi mutlak diperlukan karena hal itu menjadi “ nilai lebih “ bagi ustadz tradisional. Semakin panjang doanya sewaktu memimpin tahlilan akan semakin berkharisma dan nampak “ alim” di mata ummat. Mereka lebih nyaman pakai sarung dari pada celana panjang atau pantalon. Hidupnya jauh dari hingar bingar metropolitan, bahkan tidak begitu akrab dengan dunia politik. Bila sewaktu-waktu hadir dalam acara yang diadakan oleh pemerintah atau kegiatan politik, biasanya sebatas sebagai undangan atau di daulat sebagai pembaca doa akhir acara. Paling banter di undang sebagai penceramah, tidak mau terlibat langsung dalam urusan poltik, apalagi masuk dalam jajaran struktur pengurus politik tertentu.
CATATAN TAMBAHAN
• Kenapa dikatakan model ustadz kota ?
karena ke empat model tersebut biasa melekat pada dai yang hidup dan dakwahnya di perkotaan. Walaupun garapan dakwahnya tidak terbatas, bahkan sampai ke daerah pedalaman, namun harus di akui bahwa para dai yang tinggal di kampung dan jauh dari sorotan media tidak bisa masuk semua model tersebut. Boleh jadi ustadz yang tinggal di pedesaan bisa menjadi ustadz digital, profesional atau tradisional, namun bisa menembus ke model yang pertama yaitu model ustadz teatherikal.
• Penulis sengaja membidik sosok dan type ustadz perkotaan karena kebetulan penulis pernah membesarkan sekaligus menjadi tim inti ( bahasa kerennya : manajemen ) seorang ustadz papan atas dan mengetahui seluk beluk kehidupan para ustadz selebritis sehingga tulisan ini merupakan “ jejak rekam”, bukan sekedar analisa atau penilaian orang luar.
PEMIKIRAN CERDAS
Titip pesan kepada sahabat-sahabatku yang meniti dijalan dakwah, selalulah berdoa kepada Allah jangan sampai termasuk golongan ulama ( dai, ustadz, muballig, ajengan dll ) yang tertipu yang dalam bahasa Imam Al-ghazali disebut terkena penyakitb ghurur.
Siapa mereka ?
1. Ulama yang sibuk mengajar, namun lupa dirinya
yaitu ulama yang merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.
2. Ulama yang gila sanjungan
yaitu ulama yang merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.
3. Ulama yang tidak faham makrifat
yaitu ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.
4. Ulama yang tidak menjaga amalan hati
yaitu ulama yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.
5. Ulama yang sok suci
yaitu ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.
6. Ulama yang sibuk berdebat
yaitu orang alim yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur.
7. Ulama yang gila popularitas
yaitu orang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur.