Sabtu, 10 November 2012

4 model ustadz kota

                                   Empat model ustadz kota


 1. Ustadz Teatherikal
 2. Ustadz Digital
 3. Ustadz Profesional
 4. Ustadz Tradisional

 KETERANGAN

 Ustadz Teatherikal

Saudara – saudaraku yang Allah berikan kekuatan untuk memahami agama…..! Apa yang saudara-saudaraku ketahui tentang ustadz teatherikal ? Ustadz teatherikal adalah ustadz yang dakwahnya merambah ke layar kaca dan layar lebar. Mereka tidak keberatan tampil sebagai “figuran” dan mengisi acara selingan dalam sinetron religi atau sebagai pemeran utama dalam sebuah film reliji. Mereka biasa membawakan acara di televisi secara rutin, dan masing-masing mempunyai gaya khas dan menarik, sehingga membuat banyak penonton terkesan dan terkesima. Tuntutan wilayah garap membuat penampilan ustadz ini agak terasa berbeda, bahkan terkadang selalu dalam incaran infotainment yang siap membuka setiap sisi kehidupannya. Dalam hal pakaianpun mereka punya “ trade mark “ masing masing. Ada yang setiap tampil memakai pakaian ” turtle-neck” yang dibalut blazer, sorban melekat dikepala, dan kaca mata menjadi pembeda dengan penceramah yang lain. Ada juga yang hanya mengenakan baju koko ( orang menyebut baju taqwa ) warna putih, kopiyah bulat dan bersarung, tidak ada asesoris lain seperti sorban, jas atau pakaian kebesaran lainnya. Ada juga ustadz yang di awal – awal kemunculannya di pentas nasional selalu pakaian putih, peci bundar dan bersarung, dilengkapi kaca mata gradasi hitam. Belakangan kaca mata hitamnya tidak lagi menempel di wajahnya yang oval itu. Ada lagi ustadz yang mengklaim dirinya sebagai ustadz nya “ anak muda” sehingga segmen dakwahnyapun untuk membidik anak-anak muda. Dan ada pula dai yang punya bakat jenaka. Baru mengucapkan salam saja mampu mengundang tawa. Dari wajah dan gerak-geriknya, pendengar tidak mampu menyembunyikan senyum. Mereka-mereka itulah ustadz multi media. Mereka harus fleksibel karena berhadapan dengan banyak jenis manusia, dari mulai artis cantik, pejabat, penyanyi dan sebagainya. Humor dan joke menjadi salah satu yang diandalkan, sambil sesekali mengambil makna dan hikmah yang tersirap diantaranya. Dan jangan kaget kalau pada akhirnya ada yang menyebut mereka sebagai ustadz celebritis karena dalam hal manajemen mereka menggunakan manajer dan pasang tarif bahkan DP. Bagi kalangan yang tidak sejalan dengan model dakwah ustadz multi media, menyebutnya dengan jargon 'komersialisasi ustadz'. Entahlah yang salah sang ustadz atau ummat, Jika ada seorang ustadz yang sudah tampil di layar kaca , kemudian terkenal dan pasang tarif setiap di undang dengan alasan untuk biaya akomodasi. Malah ada yang 'memaksakan diri' untuk menjawab pertanyaan fiqh dengan apa adanya sewaktu live di TV, tanpa dilandasi dengan dalil. Mencermati fenomena seperti ini apakah dipandang perlu adanya sertifikasi atau akreditasi ustadz yang dikeluarkan oleh MUI ? . Atau dibentuk Dewan Kehormatan Ustadz yang bertugas memberikan arahan dan panduan kepada para ustadz maupun dai agar tetap berjalan sesuai dengan etika dakwah dan norma agama ?

 sekedar memberikan ilustrasi ustadz teatherikal, mari kita cermati coretan dibawah ini :

Wahai kawan lihatlah disana 
Tatap dan cermati dengan seksama
 saat sang mubalig bertutur kata di atas podium dia berlaga
 menyampaikan pesan suci Tuhannya 
dengan gagah dan penuh wibawa
 membuat para hadirin terkesima
 seakan ucapannya adalah mantra 
yang mampu menyihir pendengarnya 


Kadang suaranya menggelegar
 bergemuruh keras bak halilintar
 membuat bulu kuduk bergetar
 tubuh merinding badan gemetar. 
Apalagi bila seruan jihad terdengar 
Membahana di udara - Allahu akbar- Allah maha Besar !
 ”Ayo bangkit saudaraku janganlah gentar ,
 Menghadapi yahudi dan kaum kuffar !”

 Kitapun meneteskan air mata 
bila sang muballig bercerita
 setiap manusia pasti ajal kan tiba
 alam kubur, padang mahsyar dan shirot itu ada
 apalagi bila bicara tentang ngerinya siksa neraka.
 Badan merinding mendengarnya 
 Pernah juga dia menggiring kita untuk tertawa 
begitu lincah meracik bahasa terdengar syahdu di telinga 
 sang muballigpun mengurai kata
 tentang indahnya syurga 
bidadari cantik mengelilingi kita
 ingin makan minum semua tersedia
 benar-benar hebat dan luar biasa 
bertutur, cerita dan mengurai bahasa
 kadang diselipkan humor jenaka 
hingga jamaah yang ngantuk bangun seketika 

Ada saatnya dia berorasi 
sambil mengacungkan tangan suara berapi-api 
membakar semangat memberi motivasi 
 hingga keringat keluar di dahi 
bicara moral akhlaq menyentuh hati
 jangan serakah pelit apalagi korupsi
 tinggalkan perbuatan tidak terpuji
 apalah guna kaya harta miskin hati
 hidup tidak tenang di incar polisi 
bila kejahatannya terbukti
 sudah jelas masuk jeruji besi 
apakah tidak kasihan anak dan istri 
menanggung malu aib sang suami
 harta yang dikumpulkan setiap hari
 diwariskan tidak dibawa mati 
 apakah itu namanya tidak rugi ? 
demikian sang muballig menasehati
 agar manusia lebih berhati-hati 
menjalani hidup dengan qonaah dan wirai 

Dari bibir hujan Al- qur’an gerimis hadis
 menyentuh halal haram suci najis
 Semua materi dikupas habis 
membuat tawa senang sedih menangis
 kadang senyum, nyengir dan meringis
 hatipun terasa sedih dan teriris
 kala teringat sikap arogan dan bengis
 tetangga lapar tak mau menggubris 


Kalau hadirin mulai jemu
 dia alunkan Al-qur’an disertai lagu 
suaranya enak, renyah dan merdu 
kadang baca sholawat sebagai bumbu 
itulah gaya muballig panggung yang memukau
 banyak cara dan jurus jitu 
agar ceramahnya bisa menyentuh kalbu 
dia berkisah kehidupan masa lalu
 yang di ambil dari kitab dan buku
 kisah perjuangan bernilai tinggi dan bermutu 

Jika ada jama’ahnya yang mengantuk 
diapun berhenti dan pura-pura dehem disertai batuk
 jamaah ada yang berdiri, ada juga yang duduk 
walau gerimis datang yang hadir tetap khusyuk
 terlebih di barisan depan berkursi empuk
 tidak peduli sekalipun langit ambruk

 Tapi siapa sangka dia hanya pandai berbicara 
mengolah kata bermain aksara 
 hanya dalam tataran retorica
 dan sekedar wacana 
sayang tidak ada aplikasinya 
dalam kehidupan nyata 

Astagfirullah kita mohon perlindungan
 kepada zat yang maha Rahman
 agar di beri kekuatan
untuk selalu meningkatkan iman 
dunia akherat bahagia dan aman 
jauh dari siksa dan cobaan
 masuk syurga bersama para utusan 
Rasulullah manusia teladan
 Amien...Ya Allah kami Panjatkan!

 Ustadz Digital

 Disebut ustadz multi media karena dakwah mereka ditunjang fasilitas media. Ada laptop, in fokus, seperangkat sound system dan elektronik lainnya. Mereka sering menggelar training tentang motivasi dan pemberdayaan diri. Mereka bertindak sebagai trainer dan motivator yang dengan piawai mengolah kata menebar cerita. Dengan didukung tampilan multimedia yang unik dan menarik, mereka roadshow dari satu tempat ke tempat yang lain untuk membangkitkan inspirasi dan motivasi. Memacu ummat agar lebih berprestasi dalam setiap bidang kehidupannya. Para peserta nampak antusias dan puas mendengar uraian demi uraian yang disampaikannya. Dan setiap mengadakan training biasanya diakhiri dengan rileksasi atau kontemplasi yang mengharukan. Tanpa terasa pesertapun meneteskan air mata. Bahkan ada pula yang histeris mendengar desahan doa sang trainer di iringi sayup-sayup music instrumentalia. Termasuk model ustadz digital adalah mereka yang dakwahnya lewat dunia maya. Biasanya mereka mengelola sebuah web site, blog, face book , twitter dan hal-hal yang berhubungan dakwah di internet.
 Ustadz Profesional Model ustadz ini biasanya memiliki rethorika dan suara yang bagus. Dakwahnya enak di dengar dan renyah mengalir tidak membosankan. Selain dakwah di panggung memenuhi undangan ceramah, biasanya mereka juga punya jadwal tetap. Ada yang mengisi taklim mingguan, mengisi khotib jumat atau hari-hari besar islam. Dakwah mereka di semua lini dan gelanggang dakwah. Ada yang mengisi taklim di perkantoran dan perusahaan. Dengan pakaian rapi, bahkan kadang berjas dipadu dasi dan sepatu mengkilap, mereka siap berbagi nasehat di instansi, menebarkan hidayah di kalangan birokrat, eksekutif muda dan karyawan. Memberikan solusi Islam atas setiap permasalahan yang diajukan. Materi terkadang disampaikan dengan powerpoint yang sistimatik dan menarik. Masuk dalam kategori ini ustadz yang mengadakan kajian dengan jadwal rutin dari masjid ke masjid, atau pesantren ke pesantren. Dengan bahasa yang lugas dan tegas, mengkaji berbagai khazanah keilmuan islam khususnya dari kitab-kitab yang klasik. Mereka mempunyai jamaah setia tersendiri yang bersemangat mengikuti secara rutin. Pendengarnya pun hampir dipastikan membawa buku catatan dan aktif bertanya setelah usai pengajian. Dalil Quran, hadits dan perkataan ulama menjadi bahan utama kajian, diselingi dengan kisah-kisah ulama dan siroh agar lebih menarik. Ada ustadz yang segmen dakwahnya membidik dunia kampus dan akademisi, yang sering terbang kesana kemari untuk mengisi perkuliahan, atau seminar dan workshop di berbagai forum maupun universitas. Tidak cukup hanya modal presentasi, namun terkadang dilengkapi dengan makalah dengan berbagai macam referensi. Materi yang dibawakan adalah isu-isu kontemporer dan bagaimana penyikapan terbaik yang diwacanakan. Gagasan dan ide brilian juga tersebar dalam buku dan tulisan opini di koran-koran.

 Ustadz Tradisional

Type ustadz ini biasanya sangat bersahaja dan jauh dari sorotan media. Dengan sangat antusias, ustadz model yang satu ini berkeliling menyampaikan taushiyah yang sederhana. Dari mulai pengajian tingkat RT, arisan ibu-ibu, khitanan, aqiqahan, walimatul ursy, walimatus safar sampai mengisi majlis taklim ia selalu siap. Ceramahnya ringan, rileks dan terasa cair karena biasanya dibawakan dengan bahasa pribumi. Jauh dari bahasa kampus, apalagi bahasa “ senayan”. Pakaiannya pun seadanya tak jauh beda dengan orang kebanyakan. Yang membedakan barangkali sorbannya yang selalu menempel di bahu kalau sedang “ action”. Kendarannya bisa jadi hanya sepeda, bukan avanza. Itupun boleh kredit selama tiga tahun. Materi ceramahnya tak jauh dari ibadah, akhlak dan amal sholeh sebagai bekal untuk dibawa menghadap sang ilahy. Keahlian memimpin doa yang panjang dan mampu melantunkan untaian shalawat Nabi mutlak diperlukan karena hal itu menjadi “ nilai lebih “ bagi ustadz tradisional. Semakin panjang doanya sewaktu memimpin tahlilan akan semakin berkharisma dan nampak “ alim” di mata ummat. Mereka lebih nyaman pakai sarung dari pada celana panjang atau pantalon. Hidupnya jauh dari hingar bingar metropolitan, bahkan tidak begitu akrab dengan dunia politik. Bila sewaktu-waktu hadir dalam acara yang diadakan oleh pemerintah atau kegiatan politik, biasanya sebatas sebagai undangan atau di daulat sebagai pembaca doa akhir acara. Paling banter di undang sebagai penceramah, tidak mau terlibat langsung dalam urusan poltik, apalagi masuk dalam jajaran struktur pengurus politik tertentu.



 CATATAN TAMBAHAN



• Kenapa dikatakan model ustadz kota ? 


karena ke empat model tersebut biasa melekat pada dai yang hidup dan dakwahnya di perkotaan. Walaupun garapan dakwahnya tidak terbatas, bahkan sampai ke daerah pedalaman, namun harus di akui bahwa para dai yang tinggal di kampung dan jauh dari sorotan media tidak bisa masuk semua model tersebut. Boleh jadi ustadz yang tinggal di pedesaan bisa menjadi ustadz digital, profesional atau tradisional, namun bisa menembus ke model yang pertama yaitu model ustadz teatherikal. • Penulis sengaja membidik sosok dan type ustadz perkotaan karena kebetulan penulis pernah membesarkan sekaligus menjadi tim inti ( bahasa kerennya : manajemen ) seorang ustadz papan atas dan mengetahui seluk beluk kehidupan para ustadz selebritis sehingga tulisan ini merupakan “ jejak rekam”, bukan sekedar analisa atau penilaian orang luar.

PEMIKIRAN CERDAS

 Titip pesan kepada sahabat-sahabatku yang meniti dijalan dakwah, selalulah berdoa kepada Allah jangan sampai termasuk golongan ulama ( dai, ustadz, muballig, ajengan dll ) yang tertipu yang dalam bahasa Imam Al-ghazali disebut terkena penyakitb ghurur.

 Siapa mereka ?

 1. Ulama yang sibuk mengajar, namun lupa dirinya yaitu ulama yang merasa bahwa ilmu itu adalah mulia, mengajarkannya kepada orang adalah perkara yang mulia pula, maka dia lalai dan tertipu daya dengan sibuk mengajarkan ilmu tanpa membekalkan amal ibadah dan mengamalkannya terlebih dahulu sebelum disampaikan kepada orang lain, ini adalah penyakit ghurur.

 2. Ulama yang gila sanjungan yaitu ulama yang merasa memiliki ilmu sehingga beliau merasa bahwa dirinya mesti di hormati dan disegani, ingin selalu dikedepankan dan di ketengahkan, keinginannya agar seluruh perkatannya didengar, seluruh perkataannya benar, ingin diangkat-angkat dan dipuja-puja, setiap orang mesti mencium tangannya, ini adalah penyakit ghurur.

 3. Ulama yang tidak faham makrifat yaitu ulama yang alim dengan ilmu syari`at dan selalu mengamalkannya kemudian mengajarkannya kepada orang lain, tetapi beliau tidak memahami ilmu makrifat kepada Allah, dengan alasan bahwa tidak ada ilmu tersebut, maka ini juga bagian dari orang yang memilki penyakit ghurur.

 4. Ulama yang tidak menjaga amalan hati yaitu ulama yang berhasil mengamalkan ilmunya , menjauhkan anggota tubuhnya dari segala maksiat, melaksanakan segala amalan ta`at, tetapi lupa membersihkan dirinya dan hatinya dari segala maksiat hati seperti hasad, riya`, takabbur, ini juga orang yang terserang penyakit ghurur.

 5. Ulama yang sok suci yaitu ulama yang mengamalkan segala ta`at dan menjauhkan segala maksiat, beliau merasa bahwa dirinya bersih dan dekat dengan Allah, maka ini juga penyakit ghurur, sebab Allah lebih mengetahui keadaan hati para hambanya.

 6. Ulama yang sibuk berdebat yaitu orang alim yang sibuk dengan berjidal, berdebat, bukan untuk mencari kebenaran tetapi untuk mencari ketenaran dan kehebatan, bila mampu mengalahkan lawan maka dia tergolong orang yang hebat dan alim, ini juga tergolong penyakit ghurur.

 7. Ulama yang gila popularitas yaitu orang ulama yang selalu berdakwah dan berceramah dengan menyampaikan untaian kata-kata yang indah, dapat menarik perhatian para pendengar, sehingga mendatangkan peminat-peminat yang banyak, pengikut yang setia, lupa dengan tujuan dakwah yang sebenarnya, sibuk hanya mencari ketenaran dan nama, penyakit ini juga tergolong ghurur.
Almarhum Buya Hamka (semoga Allah memuliakan dan merahmatinya) pernah menggambarkan hidayah itu seperti pesawat terbang. Kalau landasannya sederhana, bisa jadi yang mendaratnya akan seperti helikopter. Jika landasannya agak bagus, kira-kira pesawat sejenis capung yang akan mendarat. Kalau makin baik lagi landasannya, minimal sekelas pesawat twin otter akan mendarat. Begitu pun semakin mantap dan khas landasannya, maka bisa jadi pesawat cassa atau jumbo jetlah yang bakal parkir. Ujaran Buya itu paling tidak bisa kita maknai begini. Apabila seseorang merindukan hidayah dari Allah Azza wa Jalla, maka yang pertama-tama hendaknya ia kerjakan tak lain ialah menyiapkan dirinya untuk "didarati" oleh hidayah tersebut. Semakin ia membersihkan dirinya, semakin cantik dan apiklah kira-kira "landasan hati" untuk didarati oleh hidayah itu. Begitu pula ketika landasan hati itu telah tertata sedemikian rupa, bukan hal yang mustahil "pesawat-pesawat hidayah" akan banyak parkir di hati seseorang. Lihatlah cermin kotor. Apa yang terlintas dari benak kita? Yang pasti wajah kita takkan tampak saat kita becermin. Sehingga, bagaimana mungkin kita bisa melihat wajah tampan atau cantik kita --sebuah wajah yang membuat kita berseri. Islam, melalui ritual shalat, sebenarnya telah mengajarkan pada kita untuk hidup bersih. Perhatikan prosesinya. Dimulai dari tata cara wudhu, terutama diarahkan pada segi-segi tubuh yang banyak aktivitasnya. Dari tangan, wajah, ujung rambut, hingga ujung kaki. Kemudian dalam hal berpakaian saat shalat, dianjurkan pula yang terbaik pakaian yang kita pakai. Sebab yang kita hadapi adalah Raja Semesta Alam. Penguasa langit dan bumi. Pemberi rezeki. Penggenggam nyawa kita. Sewaktu shalat pun disarankan dengan sangat untuk tumakninah --tertib, runtut dan tidak tergesa-gesa. Semua ucapan dalam shalat didawamkan sebenar-benarnya dengan penuh ketawadhuan. Semuanya dikerjakan sesadar-sadarnya hingga berakhir dengan salam. Dari awal dimulai dengan kebersihan, diakhirinya pun bersih. Dalam kehidupan sehari-hari pun seorang Muslim hendaknya hidup dalam kebersihan. Bersih dari perilaku curang. Bersih dari dusta. Bersih dari kezaliman. Bersih dari khianat atau kemunafikan. Dan itu semua bermula dari niat dan tekad kita untuk senantiasa membersihkan hati dari semua potensi yang memungkinkannya terkotori. mns/mqp